Tadi baru mengisi acara di Coburg Library. Bersyukur tadi bisa bawa Elka untuk ikut acara itu. Acaranya sih intinya untuk launching buku-buku mengenai Indonesia yang ada di perpustakaan Coburg. Terus dikaitkan dengan Diversity Week di Victoria, maka tema Multikulturalisme begitu jelas.
Tadi presentasiku juga bertema diversity etnis dan agama di Indonesia, terus topik yang kuambil mengenai diversity dalam acara pernikahan. Selain saya ada Elise Gould mahasiswi unimelb yang mengisahkan pengalamannya di Indonesia khususnya mengenai diversity culture.
Ending acara di Coburg tadi bagus sekali. Penampilan tari topeng Cirebon yang diiringi gamelan kelompok Putra Panji Asmara pimpinan Michael Ewing. Saya sebelumnya sudah pernah lihat Micheal menari dan penampilan gamelan Cirebonnya. Tapi kali ini ada humor teatrikalnya/ Mungkin kalau di wayang itu seperti 'goro-goro' yang isinya guyonon si Semar. Ini improvisasi yang cerdas. Mana yang jadi 'Semarnya' Prof Helen lagi. Bener-bener seperti clown. Penampilan kelompok gamelan dan tari topeng ini jadi 'ramah' anak-anak pula. Walau tarian terakhir terlalu panjang, secara umum penampilan mereka luar biasa.
Sambil menyaksikan Michael menari diiringi musik Sunda yang mengalir (tapi belum bisa ngalahin degung...), saya berfikir mengenai apa yang dilakukan Coburg library, pemerintah victoria, dan masyarakatnya. Diversity disini begitu dihargai. Diberi nama Multikulturalism. Bahkan anak-anak pun --melalui pemberian pita oranye untuk disematin dibaju-- didoktrin untuk tidak berbuat rasis. Anti diskriminasi. Duhai, indahnya perbedaan.
Pendidikan Multikulturalisme itu bisa dari mana saja, tidak hanya dari sekolah formal. Perpustakaan disini benar-benar berfungsi menjadi center edukasi buat masyarakat, dan mendukung program sekolah anak-anak usia sekolah. Perpustakaan bukan sekedar tempat menaro buku untuk bisa dibaca, tapi memiliki kaki dan tangan untuk meraih dewasa dan anak-anak. Ada program menggambar berhadiah untuk anak-anak, ada acara talk, acara kesenian, ada komputer bagus untuk browsing, dan dibuat untuk family friendly... (Duh, kapan ya, Indonesia punya perpustakaan seperti itu).
Dengan center-center seperti perpustakaan Coburg ini, wajar saja jika diversity menjadi sesuatu yang indah, bukan petaka. Bukan konflik etnis dan agama, bukan perang antar suku, bukan kebencian tidak berdasar, tapi bagaimana memahami perbedaan, dan menjadikannya sebuah potensi untuk kebersamaan dan perdamaian.
Lets fight against racism!
Friday, March 16, 2007
Pendidikan Multikulturalisme = Melawan Rasisme
Labels:
Australia,
Multikulturalism
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment