Heran deh, sejak Elka dan Farhan masuk SD kaus kaki kaki mereka cepat sekali rusak. Lubang-lubang berwarna coklat menganga di bagian bawah jari kaki seperti habis dipakai berjalan tanpa sepatu di tanah lapangan keras. Tidak saja kaus kaki, bahkan sepatu mereka juga memperlihatkan tanda-tanda yang sama. Bolong! di bagian telapak kaki depan, atau di bagian atas jari kaki. Bolongnya seperti kanfas rem yang sering direm mendadak. Gak mau kalah, celana panjang mereka juga bolong di bagian lutut. Awalnya sih terlihat beset-beset seperti kena amplas. Lama-lama robek dan mengangga lebar seperti tertawa mesem. Jadi keluarnya uang dollar kertas berwarna merah ($20) dan kuning ($50) membengkak tiga kali lipat untuk beli kaus kaki, sepatu dan celana panjang.
Sewaktu Farhan masih di tk dan Elka grade one di SD, tiap hari sepatu dan kaus kaki mereka berwarna coklat dan berlumuran pasir. Di TK dan sekolah memang ada pasir yang sengaja ditaro untuk main. Saya sampai khawatir pasir-pasir itu habis akibat terbawa sama anak-anak setiap hari. Apalagi Farhan, celana sekolahnya juga ikut full pasir. Jadi tiap pagi saya mbalik dan ngoyang-ngoyangin sepatu farhan supaya pasirnya jatuh. Amir juga paling gak sebulan sekali masukin sepatu-sepatu bergambar spiderman dan kura-kura ninja itu ke mesin cuci kami yang dahsyat, bisa mencuci apa pun yang masuk dengan baik. Ketika keduanya di SD (Farhan di prep dan elka grade 1), kasus bolong ini semakin menjadi-jadi. Bahkan rupanya celana bolong ini diproduksi seimbang antara elka dan farhan. Tapi, kasus pencurian pasir yang masuk dalam sepatu sudah tidak ada lagi.
Keheranan saya terjawab sdikit-sedikit waktu saya sering ke sekolah. Bolong yang menimpa kaus kaki, sepatu, dan celana itu akibat pola bermain mereka. Dalam permainan apapun yang mereka lakukan, elka-farhan menjatuhkan diri atau jatuh di atas karpet yang nyaman dengan kaki dan lutut mereka sebagai rem. Nah rata-rata 3 jam setiap hari mereka melakukan aktivitas fisik di sekolah dan aftercare program. Pantas saja kaus kaki bahkan sepatunya bolong pada bagian depan. Sejak itu elka dan farhan jarang sekali pake celana pendek, soalnya daripada lutut mereka yang jadi rem, mendingan celana panjang mereka yang jadi tumbal.
Lucunya mereka lebih menyukai celana bolong itu daripada celana barunya. "Bolong? who cares?" kata mereka.
Saturday, February 17, 2007
Kaus Kaki Bolong...?
Labels:
children education
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment