Sering kali kita membandingkan milik kita dengan milik orang lain. Dan sering kali pula, milik orang lain itu terlihat lebih baik, lebih indah, dst. Ungkapan yang sering dipakai adalah 'rumput tetangga terlihat lebih indah dari rumput sendiri.'
Nah, kaitannya dengan liburan kami sekeluarga di Sydney pada akhir tahun 2006 sampai tahun baru yang lalu. Memang sih kami ubek-ubek Sydney cuma 4 hari. Waktu yang tidak lama untuk bisa memberikan judgement yang obyektif. Tapi dari hasil 'observasi' singkat ini saya berpendapat bahwa dalam hal turisme kota Melbourne itu lebih baik dari kota Sydney. Penilaian ini bukan membandingkan antara St. Kilda dengan Bondi Beach misalnya, atau membandingkan Circular Quay dengan Federation Square. Tentu saja, masing-masing kota punya keunikan sendiri-sendiri yang tidak bisa dibandingkan. Tapi menurut saya kota Melbourne lebih baik dari kota Sydney dalam hal:
1. Keramahan-tamahan komunitasnya khususnya orang yang bertugas di publik service. Jarang sekali kami temui misalnya petugas stasiun dan supir bus yang baik dan mau sabar menghadapi turis yang tidak tahu banyak mengenai publik transport. Di Melbourne, di tempat-tempat yang ramai baik di jalan, stasiun kereta dan pemberhentian tram, ada petugas yang memberi informasi mengenai publik transport dan ada pula petugas yang bisa memberi informasi mengenai tempat-tempat wisata di Melbourne. Para petugas ini sangat helpful. Kalau melihat seseorang yang bingung atau lama ngelihatin peta, dia pasti segera datang dan bertanya "May I help you?"
2. Mungkin ini ada hubungannya dengan keramahan di atas, tapi bedanya ini adalah budaya di jalan. Jika di Melbourne, pejalan kaki itu dihargai sekali, di kota Sydney . Memang di Sydney aturannya juga begitu, tapi bayangkan siapa yang tidak senewen kalau kita lagi nyebrang jalan tapi didengarkan suara gas bus dan mobil yang meraung-raung tidak sabar mau cepat jalan dan 'meminta' kita supaya cepat nyebrang. Belum sampai kaki di sebrang jalan, bus sudah jalan di belakang kita. Mengenai bus ini, saya dan Amir sepakat kalau gaya para supir bus ini tak jauh beda dengan supir metro mini di Jakarta! Ini memang bus regular. Tapi bus regular di Melbourne jauh dari kultur kebut-kebutan dan tidak sabar seperti di Sydney.
3. Tidak ada yang gratis! Libur tahun baru, di Sydney cuma ada diskon publik transport. Di Melbourne, beberapa hari libur seperti Natal dan Tahun Baru, public trasport itu free! Setiap hari ada bus turis gratis untuk keliling kota Melbourne. Ada juga tram yang disebut city circle yang kerjanya keliling kota, juga gratis. Selain Melbourne itu lebih generous, masyarakat juga di-encourage supaya naik public transport. Dan tentu saja ada diskonnya. Misalnya ada tiket sunday saver yang bisa dipakai untuk bepergian keliling kota Melbourne (unlimited travel) baik itu pake tram, kereta api, maupun bus pada hari minggu dengan hanya membayar $2.50.
4. Kebersihan kota. Masih di airport Sydney, ketika kami keluar untuk antri taxi, kami sudah disuguhi dengan bau kencing yang menyengat. Di luar airport pun pemandangannya tidak menyegarkan. Yang terlihat cuma dinding-dinding bangunan parkir yang suram tanpa landcape taman yang indah. Perjalanan dari airport ke suburb dan city disuguhi dengan pemandangan yang suram. Beda dengan airport Melbourne. Lingkungan airport cukup menyegarkan dan perjalanan dari airport ke city juga disuguhi pemandangan yang menyenangkan.
Jadi, saya baru mengerti, kenapa kawan saya Eka Sri Mulyani yang tinggal di Sydney begitu antusias dan terkagum-kagum ketika datang ke Melbourne. Katanya "this is the real Australia..." hehe. Soalnya dia bilang kota Sydney itu apa bedanya dengan kota Jakarta yang penuh dengan bangunan-bangunan tinggi. Sedangkan di Melbourne bangunan bergaya victorian itu bisa banyak dilihat dan masih terawat baik.
Dari hasil jalan-jalan ke Sydney, saya pikir kalo Melbourne ini kota turis yang luar biasa. Lebih hijau, ramah, dan generous! Tentu saja ini dari kacamata turis.
Saya mau menikmati Melbourne ah musim panas ini...
Nah, kaitannya dengan liburan kami sekeluarga di Sydney pada akhir tahun 2006 sampai tahun baru yang lalu. Memang sih kami ubek-ubek Sydney cuma 4 hari. Waktu yang tidak lama untuk bisa memberikan judgement yang obyektif. Tapi dari hasil 'observasi' singkat ini saya berpendapat bahwa dalam hal turisme kota Melbourne itu lebih baik dari kota Sydney. Penilaian ini bukan membandingkan antara St. Kilda dengan Bondi Beach misalnya, atau membandingkan Circular Quay dengan Federation Square. Tentu saja, masing-masing kota punya keunikan sendiri-sendiri yang tidak bisa dibandingkan. Tapi menurut saya kota Melbourne lebih baik dari kota Sydney dalam hal:
1. Keramahan-tamahan komunitasnya khususnya orang yang bertugas di publik service. Jarang sekali kami temui misalnya petugas stasiun dan supir bus yang baik dan mau sabar menghadapi turis yang tidak tahu banyak mengenai publik transport. Di Melbourne, di tempat-tempat yang ramai baik di jalan, stasiun kereta dan pemberhentian tram, ada petugas yang memberi informasi mengenai publik transport dan ada pula petugas yang bisa memberi informasi mengenai tempat-tempat wisata di Melbourne. Para petugas ini sangat helpful. Kalau melihat seseorang yang bingung atau lama ngelihatin peta, dia pasti segera datang dan bertanya "May I help you?"
2. Mungkin ini ada hubungannya dengan keramahan di atas, tapi bedanya ini adalah budaya di jalan. Jika di Melbourne, pejalan kaki itu dihargai sekali, di kota Sydney . Memang di Sydney aturannya juga begitu, tapi bayangkan siapa yang tidak senewen kalau kita lagi nyebrang jalan tapi didengarkan suara gas bus dan mobil yang meraung-raung tidak sabar mau cepat jalan dan 'meminta' kita supaya cepat nyebrang. Belum sampai kaki di sebrang jalan, bus sudah jalan di belakang kita. Mengenai bus ini, saya dan Amir sepakat kalau gaya para supir bus ini tak jauh beda dengan supir metro mini di Jakarta! Ini memang bus regular. Tapi bus regular di Melbourne jauh dari kultur kebut-kebutan dan tidak sabar seperti di Sydney.
3. Tidak ada yang gratis! Libur tahun baru, di Sydney cuma ada diskon publik transport. Di Melbourne, beberapa hari libur seperti Natal dan Tahun Baru, public trasport itu free! Setiap hari ada bus turis gratis untuk keliling kota Melbourne. Ada juga tram yang disebut city circle yang kerjanya keliling kota, juga gratis. Selain Melbourne itu lebih generous, masyarakat juga di-encourage supaya naik public transport. Dan tentu saja ada diskonnya. Misalnya ada tiket sunday saver yang bisa dipakai untuk bepergian keliling kota Melbourne (unlimited travel) baik itu pake tram, kereta api, maupun bus pada hari minggu dengan hanya membayar $2.50.
4. Kebersihan kota. Masih di airport Sydney, ketika kami keluar untuk antri taxi, kami sudah disuguhi dengan bau kencing yang menyengat. Di luar airport pun pemandangannya tidak menyegarkan. Yang terlihat cuma dinding-dinding bangunan parkir yang suram tanpa landcape taman yang indah. Perjalanan dari airport ke suburb dan city disuguhi dengan pemandangan yang suram. Beda dengan airport Melbourne. Lingkungan airport cukup menyegarkan dan perjalanan dari airport ke city juga disuguhi pemandangan yang menyenangkan.
Jadi, saya baru mengerti, kenapa kawan saya Eka Sri Mulyani yang tinggal di Sydney begitu antusias dan terkagum-kagum ketika datang ke Melbourne. Katanya "this is the real Australia..." hehe. Soalnya dia bilang kota Sydney itu apa bedanya dengan kota Jakarta yang penuh dengan bangunan-bangunan tinggi. Sedangkan di Melbourne bangunan bergaya victorian itu bisa banyak dilihat dan masih terawat baik.
Dari hasil jalan-jalan ke Sydney, saya pikir kalo Melbourne ini kota turis yang luar biasa. Lebih hijau, ramah, dan generous! Tentu saja ini dari kacamata turis.
Saya mau menikmati Melbourne ah musim panas ini...
No comments:
Post a Comment