Monday, November 27, 2006

Australian or Not Australian

Kami sekeluarga menonton final Australian Idol tadi malam, bukan di sydney Opera House tapi di depan layar TV di ruang tamu... :) Sejak 10 besar saya dan suami sudah menjagokan Jessica Mauboy, sedangkan Elka dan Farhan punya jago sendiri yang tampangnya lebih keren dan macho. Dalam acara final tadi malam tinggal dua pilihan, yaitu Jessica dan Damien Leith. Akhirnya kami harus menerima kenyataan bahwa Jessica kalah.

Memang harus diakui kami pro Jessica bukan hanya karena suaranya yang luar biasa dan penampilannya yang sangat meyakinkan, tapi juga karena asal usulnya. Orang tuanya merupakan dari Ambon dan Aborigin. Dan dia masih 17 tahun umurnya. Jauh dibandingkan dengan Damien yang umurnya 34 tahun.

Kedua calon itu memiliki latar belakang yang sangat berbeda. Terlihat dari siapa yang mendukung kedua calon itu. Jessica didukung oleh komunitas Aborigin dan penduduk Darwin. Bahkan premier Darwin sendiri turun memberikan dukungan dan sangat bangga atas prestasi Jess. Tentu saja, penduduk Darwin memiliki sentimen kedaerahan untuk mendukung Jessica karena Darwin bukanlah daerah yang mainstream diantara daerah dan kota-kota lain di Australia. Diam-diam komunitas Indonesia mendukung Jessica, tapi tidak di highlight sama sekali. Dukungan ini hanya melalui 'world of mouth' saja. Saya pikir mungkin lebih baik begitu, karena jika Jess diasosiasikan dengan Indonesia --yang imagenya cukup negatif di Australia--, bisa jadi malah menurunkan dukungan terhadap Jess.

Di pihak lain, Damien, didukung oleh komunitas Irlandia, dan teman-teman kantornya. Walaupun tarian dan bendera-bendera Irlandia dipasang untuk mendukung Damien, tapi hingar bingar dukungan mereka tidak seheboh penduduk Darwin yang berkumpul untuk mendukung jessica tadi malam di pusat kota Darwin. Maklumlah, respons penduduk rural pasti lebih komunal. Walaupun Damien tinggal di Sydney, masyarakat Sydney yang urban dan sangat 'kota' sebagian mungkin tidak terlalu perduli untuk datang ke opera house. Bisa jadi dukungan mereka cukup dengan mengirim SMS saja. Walaupun begitu, justru ini yang menentukan, idol ini kan perang SMS. Jumlah telepon genggam di Darwin tentu jauh lebih banyak di Sydney.

Voting SMS lebih banyak untuk Damien sehingga Damien lah yang dinyatakan menjadi Australian Idol 2006. Saya kira, Damien mendapat dukungan banyak karena jenis lagu yang dinyanyikannya adalah lagu-lagu melankolis dan lagu religious. Mungkin dia dianggap mewakili kelompok anglo. Tapi rupanya ada juga perspektif lain yang Amir dengar dari perbincangan di radio, bahwa ada sebagian pemilih yang memilih berdasarkan kewarganegaraan. Jessica tentu saja adalah warga negera Australia asli apalagi dari keturunan Aborigin, sedangkan Damien statusnya bukan warganegara. Dia baru dua tahun tinggal di Australia, dan masih berstatus permanen resident.

Begitulah politik idol; dari sentimen agama, etnis, dan bangsa berperan. Fenomena rural-urban dan ekonomi di dalamnya juga bukan tidak berpengaruh.

Saya merasa kecewa Jessica tidak menang karena suara dan kepiawaian Jessica dalam bernyanyi itu luar biasa dan selalu dipuji oleh Juri. Hal ini berbeda dengan Damien yang pernah salah satu juri berkata 'no' dalam seleksi awal, dan seringkali mendapat kritik tajam dari juri.

Walaupun Jess tidak menjadi idol, saya kira ia akan menjadi penyanyi terkenal nantinya. Hehe... yang terakhir ini sebagai pengobat hati, karena Jess sudah mengambil hati saya dan keluarga...

No comments: